Kamu adalah senyuman. Hasrat terpendam.
Kamu menemaniku lalui masa yang telah silam. Dengan beragam kisah dan peristiwa yang terukir di buku kecil kita masing-masing.
Waktu mengubahmu menjadi sosok kecil yang berkilauan di langit.
Namun kamu bukan bintang, kamu hanyalah bagian dari benda langit yang terbuang.
Senyumanmu hanyalah sementara, tatapan matamu pudar di balik lembayung senja.
Kamu adalah teman sejiwa. Namun kita tidak memiliki satu rasa yang sama.
Tetaplah di tempat kita masing-masing, jangan beranjak dan berpijak di langit semu.
Karena yang aku harapkan bukanlah dirimu, melainkan sosok di antara puing-puing kekosongan masa lalu.
Ketika kata itu sampai terucap, bahkan mungkin tertulis di antara potongan-potongan pesan yang pernah aku kirimkan. Yakinlah bahwa benar rasa itu yang ingin kuungkapkan.
Dan kamu tak perlu bertanya kenapa, karena aku akan selalu menyapamu sebelum malam terlelap.
Jakarta, 7 Agustus 2011

