Hanya Sementara

Di suatu pagi, aku terbangun dari mimpi.
Berjalan meraih jendela yang setiap hari selalu kubuka.
Menghirup udara dan membiarkan sinar mentari merasuki jiwa.
Hingga bisa kurasakan hangatnya.
Hingga bisa kurasakan teriknya mentari yang datang dan menemaniku menyusuri hari.

Bukan malam yang gelap dan dingin.
Juga bukan bayangan yang selama ini terus mengikuti.
Datang dan menanamkan rasa hangat.
Memberikan tempat yang bernama rumah.
Yang membuatku selalu ingin pulang.
Dalam suasana yang erat menikmati secangkir hazelnut coklat.

Tidak lebih dekat. Tidak lebih singkat.
Hingga waktu seakan berhenti dan enggan mengulangnya kembali.

Mentari pagi tak lagi menyapa.
Hingga tersadar butuh jutaan cahaya utk meraihnya.
Dan dia tetap di sana, dia baik-baik saja.

Mencoba mengurai masa, namun rasa tak lagi sama.
Ya, hanya sementara.

 

Langit Jkt-Medan, 5 Februari 2011

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *