Jiwamu adalah temanku,
sahabat baikku.
Jiwamu menyeretku,
mendekap sukmaku.
Mendekatlah…
Cobalah untuk mendengar
Dengarkanlah kata hatiku,
Aku mengadu padamu
Dengarkanlah…
Jangan dulu bertanya kenapa
Aku merintih kesakitan
Berteriak
Dan menjerit tragis
Mengertilah tanpa harus kukatakan
Karena aku terbisu,
kesepian mengikat bibirku
Aku menatapmu penuh ketakutan
Sentuhlah tanganku dan rasakan getarannya
Aku menggigil kedinginan,
telanjang di tengah lautan es
Aku kelaparan,
Aku kehausan,
Bawakan untukku sepotong roti dan setetes air
Itu bisa mengenyangkan
Selimuti tubuhku dengan selembar kain,
Itu pun cukup menghangatkan
Temani aku,
duduklah di sisiku
Kenali wajah sendu teman sejiwamu
Dan jangan bertanya kenapa
Biarkan air mata menyejukkan nafasku
Dan kau tak perlu membasuhnya dengan jemarimu
Perlahan pasti kan mengering
oleh panasnya kemarahan
Lihatlah…
Kertas diriku perlahan mulai terbakar
Asapnya membutakan mataku
Segalanya menjadi gelap,
terasa dingin,
dan terdengar sepi
Aku pun berlari kencang tak tau arah
Terus kuberlari hingga lelah
dan terkapar tak berdaya
Aku lemah,
menuju kelumpuhan
Lihatlah…
Kedua kakiku mulai hancur
Darahku bercucuran,
Tulangku berserakan,
Diriku pun musnah
dan jiwaku terbang
Tangkaplah…
Dan jangan kau lepaskan lagi
Genggam dan bawalah jiwa ini
hingga mati bersamamu
Dan kau pun tak perlu bertanya mengapa
Karena tak seorang pun yang tau
Jawablah dari bibirmu
Yang terletak di sudut hati…
Magelang, 29 Agustus 1999